Kerja Narapidana di Balik Terali Hasilkan Produk Ekspor

Sedang Trending 11 jam yang lalu

PULUHAN narapidana sibuk bekerja di bengkel kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Purwokerto, Jawa Tengah, Senin, 27 Oktober 2025. Mereka ada nan duduk bersila menganyam pandan membikin tikar. Hasil produk nan mereka hasilkan itu dikirim ke Hongkong; sementara produk lain, ialah sapu gelahah, diekspor ke Pakistan.

"Ini merupakan aktivitas kemandirian para penduduk binaan, mereka telah melalui assesmen untuk bekerja dan mendapatkan premi. Dalam pengarahan dan pantauan petugas, aktivitas ini juga bagian dari pembekalan ketrampilan kelak jika mereka bebas," kata Kepala Lapas Kelas II A Purwokerto Aliandra Harahap, Senin 27 Oktober 2025.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Dia mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Koperasi Mitra Lira Perwira Purbalingga nan telah beberapa kali mengekspor sapu gelagah itu ke Pakistan.

Aliandra mengatakan sedikitnya 5.000 sapu gelagah telah diproduksi dari ruang bengkel kerja berukuran sekitar 5 x 7 meter persegi itu. Produksi sapu ini  juga telah dipasarkan melalui toko online.

Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik Lapas Purwokerto  Fauzen mengatakan selain sapu gelagah, narapidana  juga memproduksi tikar pandan nan diekspor ke Hongkong dan stik es nan krim dikirim ke Surabaya. "Selain untuk stiker es krim, stik juga digunakan untuk gagang nugget," kata Fauzen.

Para narapidana mendapatkan premi Rp 50 ribu setiap bulan dan mereka tabung untuk dikirim kepada keluarganya. "Malah ada nan kirim sampai lima ratus ribu rupiah ke keluarganya," kata Fauzen.

Fauzen mengatakan tak hanya bimbingan, pembinaan dan aktivitas kerja di lapas itu menyumbangkan Penerimaan  Negara Bukan Pajak (PNBP) sekitar Rp 2 juta.

Lain lagi di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Tangerang. Di sini para penduduk bimbingan disibukkan membikin sepatu sneakers. 

Kepala Rutan Tangerang Kelas I Tangerang Irhamuddin mengatakan stiap hari produksi sepatu sneakers mencapai 10 hingga 15 pasang dengan melibatkan belasan penduduk binaan. Mereka nan tergabung di aktivitas kerja ini telah melampaui assesmen dan pelatihan.

"Mereka ada nan berilmu di luar bekerja di pabrik sepatu, dan di dalam dikembangkan  lagi," kata Irhamuddin kepada Tempo.

Saat Tempo berjamu Senin pekan lalu, para narapidana beragam kasus itu sedang membikin pola, memotong kain mesh, dan menjahitnya menjadi sepatu sneakers. Tak ketinggalan mereka mengemas dengan kardus nan telah dicap nama merek Rutira.

Irhamuddin mengatakan pembuatan sneakers bermerek Rutira merupakan bagian dari pembinaan Rutan kepada para penduduk binaan. Mereka melakukan aktivitas kerja dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB.

"Mereka berada di bengkel kerja melalui assesmen. Mereka punya kemauan keras dan betul-betul mau berkegiatan," kata Irhamuddin.

Yang menarik, para narapidana ini diberi bayaran untuk sebuah pekerjaan membikin sepatu Rutira. Irhamuddin menyebut pembagian hasil adalah 30 persen untuk penduduk bimbingan nan mengikuti pengarahan kerja, dan 70 persen untuk pengembangan program, seperti pembelian bahan kain mesh dan material lain.

Sepatu merek Rutira diklaim diminati pasar. Menurut Irhamuddin, pesanan itu mulai mengalir dari beragam lembaga seperti kepolisian nan telah order hingga 1.000 pasang dan organisasi internal Paguyuban Ibu-Ibu Pemasyarakatan (Pipas), organisasi nan anggotanya adalah istri dari petugas pemasyarakatan.

Yang menarik, sneakers berbahan mesh ini sudah bisa secara online, seperti Tokopedia, Shopee, dan OLX dengan nama toko Rutira Bimker Jambe dengan  kisaran nilai Rp 100 hingga 200 ribu.

Uniknya, model sepatunya diberi nama sesuai pasal-pasal pidana seperti Casual Mode Pasal 378 , Sporty Mode Pasal 281 alias Sporty Pasal 114.

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis