LEMBAGA Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia membandingkan program makanan sekolah di enam negara lain dengan program Makan Bergizi Gratis alias MBG di Indonesia untuk mengetahui sistem produksi dan pengedaran nan paling efektif.
Dilansir dari akun IG LPEM FEB UI, lembaga pendidikan itu memilih enam negara pembanding ialah Brasil, Thailand, Kamboja, Laos, Amerika Serikat, dan Jepang.
Brasil
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Di Brasil ada program nasional penyediaan makan sekolah berjulukan “Programa Nacional de Alimentação Escolar” (PNAE). Menurut LPEM FEB UI, program ini sudah melangkah sejak 1955. LPEM FEB UI mencatat program ini memberi makan lebih dari 40 juta siswa tingkat dasar dan menengah setiap harinya.
LPEM FEB UI menyatakan sekitar 30 persen total anggaran PNAE wajib digunakan untuk membeli bahan pangan langsung dari petani family alias lokal. “Ini langkah nyata menuju ketahanan pangan dan keberlanjutan,” mengutip unggahan LPEM FEB UI di akun IG @lpemfebui, pada Sabtu, 1 November 2025,
Produksi dan pengedaran PNAE
- 75 persen bahan makanan kudu berupa bahan segar alias diproses secara minimal
- Semua bahan dibeli langsung dari petani lokal tanpa perantara, menjamin kesegaran sekaligus - mendukung ekonomi daerah
- Makanan diproduksi di dapur pusat alias dapur sekolah, dan semua sekolah wajib punya kafetaria.
- Penyajian dilakukan dalam corak prasmanan, tanpa peralatan makan plastik
Thailand
Negara gajah putih ini mempunyai program makan siang sekolah sejak 1952 berjulukan “Khrong Kan Arhan Krangwan Khrong” dan “Kan Ahanserm (Nom) Rongrian”. Menurut LPEM FEB UI, program makan siang ini bermaksud malnutrisi pada anak-anak. Hingga saat ini, program tersebut menjangkau lebih dari 5,9 juta siswa di 51.058 sekolah dasar di Thailand.
Dikutip dari LPEM FEB UI, makanan nan disajikan dalam program ini diperkaya dengan suplemen mikronutrien. Pemberian suplemen dilakukan dengan mencampurkannya ke dalam hidangan alias diberikan langsung kepada anak-anak. Tujuannya untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan murid.
Produksi dan distribusi
- Penyediaan bahan masak dilakukan untuk staf sekolah. Makanan dimasak di kafetaria dengan akomodasi dapur, area penyimpanan, dan ruang makan siswa
- Mempekerjakan perseorangan luar sekolah untuk membantu proses memasak, serupa dengan skema staf sekolah
- Subkontrak jasa memasak ialah sekolah merencanakan kebutuhan makanan (mingguan, bulanan, alias semesteran) dan menyerahkannya kepada penyedia jasa
- Semua siswa makan berbareng di kafetaria sekolah
Laos
Laos menjadi salah satu negara ASEAN nan turut menjalankan program pemberian makan di sekolah. LPEM FEB UI menyatakan program makanan sekolah dijalankan pemerintah Laos berbareng World Food Programme (WFP) dan lembaga internasional lainnya.
Program ini menjangkau sekitar 240.000 siswa sekolah dasar dan menengah alias setara dengan 14 persen dari total anak usia sekolah di Laos. Adapun 94 persen pendanaan program berasal dari donor internasional.
Program ini sejalan dengan millennium development goal (MDG) poin kedua, ialah pendidikan universal, dengan konsentrasi untuk meningkatkan nomor partisipasi sekolah dan menurunkan nomor putus sekolah, terutama di wilayah dengan kemiskinan dan malnutrisi tinggi.
LPEM FEB UI menyatakan sebagian besar ahli masak sukarelawan berasal dari Lao Women's Union, sebuah organisasi nan aktif mendukung kewenangan dan pemberdayaan perempuan.
Kamboja
Kamboja telah menjalankan program pemberian makanan di sekolah sejak 1999. Pada 2014, program ini berkembang menjadi Home-Grown School Feeding Program, nan menggunakan model in-kind untuk pengadaan bahan makanan.
Hingga 2023, LPEM FEB UI menyatakan program ini telah menjangkau 299.366 siswa sekolah dasar. Adapun kebanyakan pendanaan program ini dibiayai oleh donor internasional dengan persentase 74 persen sedangkan porsi pemerintah sebesar 26 persen. Program ini berfokus pada kesetaraan gender, akses pendidikan untuk semua anak, dan penyediaan makanan bergizi serta support sosial bagi siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Sebagian besar ahli masak program ini adalah wanita dan menerima insentif bulanan. Sementara penyuplai wanita turut diprioritaskan dalam pengadaan bahan pangan.
Produksi dan Distribusi:
- Sekitar 70 persen bahan makanan berasal dari petani lokal. Ini dilakukan untuk mendukung efektivitas program sekaligus memperkuat ekonomi komunitas
- Terdapat 3.000 ahli masak nan sebagian besar merupakan komponen family siswa alias personil komunitas. Para ahli masak itu rutin mendapat training kebersihan dapur, keamanan pangan, dan nutrisi
- Makanan disajikan di area makan unik lantaran hanya sedikit sekolah nan mempunyai kantin alias kafetaria
- Sebagian besar sekolah menyediakan sarapan sebelum kelas dimulai. Sementara siswa rentan mendapat tambahan jatah makanan bulanan
Amerika Serikat
Negara nan sekarang dipimpin Donald Trump ini menyediakan makan siang bergizi, berbiaya rendah, alias cuma-cuma bagi anak-anak di sekolah negeri dan swasta di seluruh Amerika Serikat. Program ini dikelola Food and Nutrition Service (FNS) nan berada di bawah US Department of Agriculture (USDA). Program makan siang ini turut menggandeng lembaga negara bagian dan School Food Authorities (SFA).
Pada 2024, LPEM FEB UI mencatat program ini telah melayani sekitar 29 juta siswa di lebih dari 100.000 sekolah setiap hari. Setiap porsi berisi 550–850 kalori nan sesuai dengan kebutuhan gizi anak usia sekolah. Untuk tahun aliran 2024-2025, USDA memberikan penggantian biayasebesar US$ 0,42–US$ 4,43 per porsi.
Adapun USDA menyatakan program ini telah memenuhi lebih dari 90 persen sasaran gizi. USDA juga menyatakan siswa peserta mempunyai nilai Healthy Eating Index lebih tinggi dibandingkan siswa non-peserta.
Produksi dan distribusi
- USDA menyalurkan biaya tunai dan bahan pangan ke pemerintah negara bagian setiap bulan.
- Pemerintah negara bagian menyalurkannya ke SFA, lampau ke sekolah untuk pembelian bahan makanan, pembayaran tenaga dapur, dan pengelolaan logistik
- Makanan disajikan melalui model prasmanan dengan sistem offer versus serve. Siswa boleh menolak hingga dua item menu, tetapi kudu mengambil minimal separuh cangkir buah alias sayur agar makanannya dihitung sebagai reimbursable meal
- Alternatif penyajian meliputi model grab-and-go, pengedaran di kelas, alias share table untuk mendaur ulang makanan tertutup nan tidak dimakan
- Dalam kondisi darurat seperti pandemi alias bencana, sekolah dapat beranjak ke Summer Food Service Program (SFSP) alias Seamless Summer Option (SSO) untuk menyalurkan makanan melalui drive-thru
Jepang
Program makan siang nasional di Jepang telah melangkah sejak 1954. Program ini bermaksud untuk meningkatkan gizi dan kesehatan siswa di Jepang. Sejak 2005, program makan siang ini resmi terhubung dengan pendidikan pangan di Jepang alias Shokuiku nan menanamkan kebiasaan makan sehat dan nilai sosial melalui aktivitas makan bersama.
Program ini menjangkau 99,7 persen siswa SD dan 98,2 persen siswa tingkat menengah. Sekitar 30 persen pemerintah kota alias 547 kota telah menerapkan program untuk semua siswa pada September 2023.
Proses dan distribusi
- Seluruh proses mematuhi standar kebersihan dan gizi nasional di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (MEXT)
- Pengadaan bahan pangan menekankan produk lokal dan domestik, mendukung pertanian wilayah dan keberlanjutan lingkungan
- Siswa bekerja menyajikan makanan, makan bersama, dan membersihkan ruang makan,
- Makanan disiapkan di dapur sekolah alias dapur terpusat nan melayani beberapa sekolah, terutama di wilayah dengan kepadatan rendah
- Setelah dimasak, makanan dikirim ke kelas alias kafetaria, lampau disajikan oleh siswa sendiri
Indonesia
Sebelum adanya program makan bergizi cuma-cuma (MBG), pemerintah pernah menjalankan proyek serupa pada 1996–1997. Program itu berjulukan “Program Makanan Tambahan Anak Sekolah” (PMT-AS).
Program ini sebenarnya telah diluncurkan Kementerian Kesehatan pada awal 1990. Program ini kemudian diperkuat kembali pada 1997 melalui program gizi nasional. Tujuannya untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan siswa SD alias Ml, terutama di wilayah miskin dan rawan pangan, sekaligus meningkatkan kehadiran dan konsentrasi belajar.
Menurut LPEM FEB UI, program ini menjadi cikal bakal beragam inisiatif pemberian makanan sekolah di Indonesia pada tahun-tahun berikutnya.
Alur distribusi
- Sekolah bekerja sama dengan Puskesmas serta kader PKK alias Posyandu dalam penyusunan menu, persiapan, dan pengolahan makanan
- Bahan pangan diprioritaskan dari sumber lokal, dengan menu nan disesuaikan daya beli masyarakat setempat
- Makanan disiapkan di dapur sekolah alias dapur rumah penduduk nan ditunjuk, lampau dibagikan kepada siswa sebelum jam belajar dimulai
Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Program inisiasi Presiden Prabowo Subianto nan diimplementasikan pada 2025 ini menyasar siswa PAUD, SD alias MI, SMP MTS, termasuk madrasah dan sekolah swasta. Program ini bermaksud menurunkan stunting, meningkatkan kualitas gizi dan konsentrasi belajar, dan memperkuat ekonomi pangan lokal.
Alur distribusi
- Pendanaan berasal dari APBN, disalurkan melalui skema block grant ke pemerintah wilayah (provinsi/kabupaten/kota)
- Setiap wilayah membentuk Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) untuk mengelola logistik, menu harian, dan pelaporan
- SPPG bekerja sama dengan sekolah, dapur komunal, koperasi, UMKM, dan BUMDes dalam menyiapkan serta mendistribusikan makanan.
- Bahan pangan diutamakan dari petani, nelayan, dan peternak lokal, guna memperkuat rantai pasok dan ekonomi daerah
- Sistem pengawasan digital digunakan untuk memantau menu, penggunaan bahan lokal, dan kehadiran siswa secara real time
17 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·