Jakarta, CNN Indonesia --
Mendiang Timothy Anugrah Saputra (21), mahasiswa Universitas Udayana (Unud), Bali, nan tewas diduga bunuh diri dan mengalami dugaan perundungan (bully) tetap berbuntut panjang.
Orang tua korban telah meminta polisi mengusut tuntas kematian anaknya. Sejumlah mahasiswa nan diduga terlibat mengolok-olok kematian Timothy pun kena batunya.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah, Denpasar, mengeluarkan mahasiswa Unud yang mengejek korban bunuh diri dari program koas. Koas atau co-assistant adalah program keprofesian bagi mahasiswa kedokteran melalui tahap pendidikan klinis di rumah sakit setelah menyelesaikan gelar sarjana kedokteran (S.Ked).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajemen RSUP Ngoerah menilai sikap nirempati mahasiswa Fakultas Kedokteran Unud yang mengolok-olok korban bunuh diri itu menimbulkan gambaran jelek bagi rumah sakit dan kampus.
"RS Ngoerah mengambil tindakan tegas untuk mengembalikan peserta didik tersebut ke Universitas Udayana untuk dilakukan pendalaman dan investigasi," kata Plt Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah I Wayan Sudana melalui keterangan tertulis, Minggu (19/10).
Sudana menegaskan RSUP Prof Ngoerah, berupaya menciptakan ruang belajar dan kerja nan aman, beretika, dan saling menghargai. Ia menegaskan sikap para mahasiswa nan mengikuti program koas tersebut tidak mewakili RSUP Prof Ngoerah.
"Kami tegaskan kembali bahwa mereka adalah peserta didik nan sedang belajar di RS Ngoerah. Bukan sebagai tenaga kerja RS Ngoerah sehingga tidak bisa disebut mewakili RS Ngoerah," kata Sudana.
Sementara itu, Manajer Hukum dan Humas RSUP Prof Ngoerah, Dewa Ketut Kresna, mengatakan belum dapat menyampaikan nama-nama mahasiswa nan diduga melanggar etika alias melakukan perundungan itu.
Namun, dia menyebut ada tiga mahasiswa koas nan diduga melakukan perundungan terhadap korban bunuh diri.
"Kalau nama kami belum berani sebut ya, lantaran tetap pendalaman dari Unud," ujar Dewa mengutip dari detikBali.
Sebelumnya, Timothy nan merupakan mahasiswa semester VII Program Studi Sosiologi FISIP Unud meninggal bumi setelah diduga melompat dari bangunan bertingkat gedung FISIP Unud, Denpasar, Bali, Rabu (15/10). Polisi memastikan korban melompat dari lantai empat, bukan lantai dua seperti berita nan sempat beredar.
Kasi Humas Polresta Denpasar Kompol I Ketut Sukadi mengatakan korban sempat terlihat panik sebelum kejadian. Menurutnya, saksi memandang TAS muncul dari arah pintu lift dengan menggendong tas ransel dan memakai baju putih.
"Terlihat seperti orang panik dan seperti melihat-lihat situasi sekitar kampus," ujar Sukadi, Kamis (16/10).
Korban ditemukan tergeletak di depan lobi kampus FISIP Unud, lampau sempat dilarikan ke RSUP Prof Ngoerah Denpasar, tetapi nyawanya tak tertolong. Ia dinyatakan meninggal pukul 13.03 Wita akibat pendarahan internal.
Seusai kematian TAS, sejumlah tangkapan layar percakapan grup mahasiswa beredar di media sosial. Dalam percakapan itu, sejumlah mahasiswa lintas fakultas seperti FISIP, FKP, dan Kedokteran menertawakan kematian TAS. Mereka apalagi mengolok-olok dan membandingkan fisiknya dengan seorang pembuat konten.
Sikap nirempati itu memicu gelombang kemarahan publik. Banyak mahasiswa Unud dan warganet menilai tindakan tersebut tak layak dilakukan, apalagi oleh sesama mahasiswa kampus ternama. Ironisnya, beberapa pelaku justru aktif di organisasi kemahasiswaan.
Penyelidikan polisi
Selain itu, pada Senin (20/10), Sukadi mengatakan polisi mulai mengusut kasus dugaan bunuh diri Timothy. Hal ini dilakukan usai family korban melakukan pengaduan ke Polresta Denpasar.
"Orang tua korban melakukan Dumas ke Polresta untuk memastikan penyebab jatuhnya korban lantaran di medsos banyak info nan beragam," kata Kasi Humas Polresta Denpasar, Kompol I Ketut Sukadi, kepada wartawan, Senin (20/10).
Sukadi menyebut pihaknya juga sudah melakukan penyelidikan. Salah satu tindak lanjutnya ialah memeriksa sejumlah saksi.
"Polisi telah melakukan penyelidikan dengan memeriksa beberapa saksi," katanya.
Baca buletin lengkapnya di sini.
(kid)
[Gambas:Video CNN]