Kementan Jelaskan Penyebab Produksi Kakao Lokal Menurun

Sedang Trending 4 jam yang lalu

KEMENTERIAN Pertanian menyatakan produktivitas perkebunan kakao lokal menurun dalam satu tahun terakhir. “Produktivitas kita satu tahun terakhir memang sedikit ada penurunannya,” kata Ketua Tim Kerja Perkebunan dan Tanaman Semusim Lainnya Kementerian Pertanian Yakub Ginting di Pullman, Jakarta, Kamis, 23 Oktober 2025.

Menurut Yakub, penurunan itu dipicu lantaran banyaknya petani nan mengalihfungsikan lahan dengan komoditas pangan seperti kelapa sawit. Sebab, kata dia, tanaman pangan lebih sigap memberikan penghasilan.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Dengan demikian, dia menyatakan peralihan itu membikin jumlah petani nan terlibat dalam perkebunan kakao semakin sedikit. Selain jumlah petani, Yakub menyatakan luas lahan perkebunan kakao juga mulai menurun. 

Menurut Yakub, perubahan tanam dilakukan petani lantaran persoalan terhadap nilai jual biji kakao. “Beberapa tahun terakhir sebelum saat ini memang nilai kakao itu tidak terlalu menarik,” kata dia.

Yakub menyatakan kebutuhan dalam negeri terhadap kakao juga tetap ditopang oleh impor. Adapun komoditas nan diimpor adalah kakao fermentasi untuk kebutuhan industri. Ia mengatakan tren impor kakao terus meningkat dalam lima tahun belakangan. “Tidak tanggung-tanggung 340.000 ton kita impor,” tutur Yakub.

Merespons realita ketergantungan impor dan penurunan produktivitas kakao, Yakub menyatakan Kementerian Pertanian mendorong peremajaan tanaman maupun ekspansi lahan. 

Ia menyatakan pada 2025, Kementerian Pertanian mempunyai anggaran untuk program peremajaan tanaman seluas 3.800 hektare dan ekspansi lahan seluas 650 hektare. Selain itu, kementeriannya juga mendapat anggaran shopping tambahan (ABT) untuk mengurus lahan seluas 4.266 hektare pada 2025. 

Sementara itu pada 2026, Yakub menyatakan Kementan bakal melakukan peremajaan terhadap 175 ribu hektare lahan kakao. Sementara pada 2027, Kementerian Pertanian menargetkan bakal melakukan peremajaan lahan seluas 68.734 hektare. 

Adapun saat ini Yakub menyatakan Indonesia mempunyai 1,3 juta hektare lahan kakao. Total luas tersebut terdiri dari 890 ribu lahan nan menghasilkan tanaman, sedangkan 290 ribu hektare sisanya rusak. Adapun sebanyak 212 ribu lahan belum menghasilkan tanaman. Sementara itu total petani kakao saat ini adalah 1,5 juta orang.

Yakub menjelaskan 60 persen produksi kakao berasal dari empat provinsi di Sulawesi, ialah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Sementara sisanya tersebar di Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Sumba, NTT, dan Jawa Timur.

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis