Gianyar, CNN Indonesia --
Seorang mandor proyek berjulukan I Wayan Sedhana (54), ditemukan tewas di saluran irigasi alias subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Korban diduga tewas dibunuh lantaran tubuhnya dipenuhi jejak luka, termasuk luka diduga akibat barang tajam. Korban diduga juga digorok lehernya oleh barang tajam.
Kasi Humas Polres Gianyar Ipda Gusti Ngurah Suardita mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Sabtu (25/10) pagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang betul ada peristiwa penemuan mayit di subak Tenggaling, Desa Pejeng. Tim sat reskrim dan inafis Polres Gianyar sudah datangi TKP," kata Ipda Suardita, Senin (27/10).
Ia menerangkan saat ini pihak kepolisian sedang melakukan proses penyelidikan atas kematian korban nan diketahui menjadi mandor proyek saluran irigasi tersebut.
"Pada korban ada luka robek pada leher dan saat ini sedang dilakukan proses identifikasi terhadap mayit korban. Untuk motif tetap dilakukan pendalaman dan proses lidik di lapangan oleh tim Sat Reskrim Polres Gianyar," ujarnya.
Sementara, Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Forensik RSUP Prof Ngoerah, dr Ida Bagus Putu Alit mengatakan dari hasil autopsi ditemukan belasan jejak kekerasan akibat barang tumpul dan barang tajam, terbanyak di bagian wajah dan leher.
"Dari hasilnya bahwa jenazah ini memang sudah menunjukkan tanda pembusukan, nan disebabkan mungkin lantaran suhu nan panas. Kemudian juga lingkungan tempat jenazah itu ditemukan. Jadi perkiraan waktu kematiannya itu adalah 24 sampai 36 jam, sebelum kita periksa di tanggal 25 Oktober 2025 pukul 16.45 WITA, sebelum itu, berfaedah 24 sampai 36 jam," kata Putu Alit.
"Kita menemukan adanya kekerasan kekerasan tumpul dan kekerasan tajam. Jadi ada 16 luka nan kita temukan, nan terpusat lukanya paling banyak di wilayah wajah dan juga leher," lanjutnya.
Luka diduga akibat barang tajam pada bagian leher, katanya, cukup dalam dan menyebabkan terpotongnya saluran nafas bagian atas,dan juga terpotongnya pembuluh darah besar di leher kiri dan kanan.
"Karena ada dua pembuluh darah besar di sana, dan luka tersebut sampai mengiris tulang leher nan nomor dua. Nah, jadi karena kematiannya memang lantaran kekerasan tajam nan ada pada leher tersebut," ujar Putu Alit.
Jika dilihat dari luka nan ada di lehernya, itu luka kekerasan tersebut minimal ada dua kali kekerasan nan ada di leher.
"Sebab kematiannya adalah kekerasan tajam pada leher nan menimbulkan putusnya pembuluh darah besar di leher. Pembuluh darah nan ada di leher itu, ada di samping kiri dan kanan," ujarnya.
"Itu adalah luka iris. Mengapa kita katakan luka iris, lantaran komparasi antara panjang dan dalamnya. Jadi lebih lebar panjangnya dibandingkan dalamnya luka.
Dari gambaran lukanya itu arahnya dilakukan dari kanan," lanjut dr Putu Alit.
Dr Ida Bagus juga mengatakan ditemukan memar di lengan dan dada tetapi nan fatal adalah luka di leher.
"Sehingga kita bisa mengatakan bahwa bukan pembekapan itu nan menyebabkan kematian. Jadi nan langsung menimbulkan kematian adalah kekerasan tajam nan ada di leher," ujarnya.
Selain itu, dari hasil pemeriksaan autopsi, pihaknya menduga luka-luka nan dialami korban bukan hanya disebabkan satu orang.
"Dilihat dari pola-pola lukanya, juga kita menemukan adanya luka-luka nan sesuai dengan dipegang ada bentrok (luka lecet akibat dipegang), itu mengindikasikan bahwa pelakunya lebih dari satu orang," jelasnya.
Mengutip dari detikBali, pada Minggu (26/10), Suardita mengatakan polisi menemukan gergaji di TKP temuan jasad korban pada Sabtu (25/10) lalu.
Kemudian pada Senin lalu, dr Putu Alit mengatakan ada dua kali sayatan alias irisan nan tampak di leher. Tekstur irisan itu cocok dengan kontur gergaji nan ditemukan di letak ditemukannya jasad Sedhana.
"Kenapa kami sebut luka iris? Karena komparasi panjang lukanya nan lebih lebar dibanding dalamnya (luka)," imbuh Alit.
(kdf/kid)
[Gambas:Video CNN]
8 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·